Ketika Si Pemuda Kecil Bertanya Tentang Reproduksi Manusia

  
Kejutan pagi, setelah selama ini sejak usia 3 tahun ‘sex education’ seputar aurat yg harus ditutup, menundukkan pandangan kalau lihat yang ‘malu-malu’, batasan interaksi dengan laki2 dan perempuan, sentuhan baik dan buruk, pagi ini si anak hampir 5 tahun ini tanya tentang perbedaan bentuk alat reproduksi laki-laki dan perempuan (sambil menyebut bentuk2 geometri yang diketahuinya)
Ibu berusaha ‘stay calm’ sambil berpikir cara menyampaikannya. Namanya juga pertanyaan polos khas 

anak-anak ngga mungkin ngga dijawab (karena pasti makin penasaran, akan tanya ke yang lain) atau kalau mau dijawab ngga perlu kita ortunya kejauhan mikirnya, detailnya ngejelasin gimana karena akal anak pun masih blm sempurna. 
Pernah baca, kalau otak anak laki2 yang logika banget ini, untuk ‘sex education’ bisa diarahkan ke pendekatan ilmiah. Alhamdulillah, akhirnya buka buku bareng. Penjelasan tentang alat reproduksi sih cuma sebatas tentang perkembangan janin di rahim ibu (dijelaskan kalau rahim adalah salah satu alat reproduksi di dalam perut perempuan). Laki-laki dan perempuan boleh lihat aurat setelah nanti menikah.
Penjelasan saya lebih diarahkan ke bab otak (akal) sebagai pusat dari tubuh. Saya

 jelaskan kalau mata kita terbiasa lihat yang aurat orang lain, lihat yang malu-malu, nanti otak kita bisa rusak kaya gini (sambil meremas kertas sebagi ilustrasi), zaffa lihat ‘kabel2’ di gambar otak ini?(neuron maksudnya) nah kabel di otak itu bisa putus sehingga bikin malas ibadah, malas belajar/bekerja akhirnya jadi temannya syaiton deh. Kita biarkan syaitonnya menang (zaffa sebelumnya sudah paham kalau dari sisi syariat, syaiton itu musuh dalam diri yang mengajak keburukan, bukan syetan kaya di film krn film itu bohong2an atau kalaupun ada penampakan itu jin yg menggoda karena iman kita lagi turun) nah di tengkorak depan itu ada namanya pre frontal cortex yang bisa rusak juga, sehingga kita jadi seperti binatang ngga punya akal (nyotek kalimat bu Elly Risman) Cuma bisa makan dan tidur, ngga bisa bermanfaat. 
‘Zaffa tahu? Di internet, di tv, majalah itu banyak sekali orang-orang jahat yang ingin merusak otak anak laki-laki ini jadi zaffa harus selalu mohon perlindungan penglihatan pendengaran sama Allah (lafadzh dzikir pagi petang). Allah Maha Melihat apa yang kita lakukan walaupun kita sendirian..’ 
Setelah itu kami buka deh cetakan tubuh hasil bikin-bikin sama ayahnya kemarin, belajar lagi organ-organ tubuh sambil ambil penjelasan dari buku Ayat-ayat Allah pada tubuh manusia (Barakallah Ustad Abu Ihsan dan Ummu Ihsan yang sudah menulis buku ini). 
Ya Rabb.. Sungguh kami mohon petunjuk dalam mendidik anak-anak kami.. Ditanya kaya gini aja udah deg2an ya Allah.. Kami berdoa agar Allah Subhanhu wa ta’ala melapangkan dada, mengangkat kekakuan dari lidah ini agar anak-anak dapat memahami perkataan kami. Semoga Allah selalu berikan petunjuk bagi kita dalam mendidik dan membersamai anak-anak kita. Amiiin..

Apa Senjatamu, Ibu?

Sebagai seorang ibu, pernah ngga ada moment yang rasanya bikin mau meledak? ‘Overwhelmed’ sama tugas-tugas harian, anak-anak seharian minta perhatian dengan menangis atau berteriak. Sampai terkadang tanpa sadar kecerdasan kita baik intelektual, emosi dan spiritual ikut ‘drop’ sampai ke titik yang paling rendah. Tau-tau sudah ngomel, tau-tau nada sudah meninggi, tau-tau sudah mengancam… akhirnya menyesal setelah memandangi wajah kecil tak berdosa itu kala tidur…

Saya pun sering kali begitu buibu.. Padahal tau kata-kata ibu bisa jadi doa. Ngeri banget kan kalau sampai kata-kata jelek yang keluar dari mulut kita keburu di-aminin sama malaikat, hiks. Nah Karena persoalan pengendalian diri adalah persoalan pribadi banget, yang paling paham solusinya sebenarnya diri kita sendiri. Suami, teman, keluarga cuma perantara saja. Mereka akan ‘pas’ bantuannya kalau kita komunikasikan, dikasih tau harus gimana. Kita nih yang PALING paham bagaimana mengembalikan mood, kecerdasan dan ‘kewarasan’kita. 

Bagi saya, punya semacam senjata adalah kunci yang bisa mengembalikan mood dengan segera. Saya pikir daripada kita ngomel, mengumpat, mengeluh yang bikin syetan tepuk tangan karena berhasil bikin kita semakin marah, mengapa kita tidak gantikan kalimat-kalimat (yang biasanya negatif) tersebut dengan kalimat-kalimat positif?

Doa adalah senjata orang mukmin. Biasanya kalau sedang diuji kesabaran seperti ini, saya ajak zaffa (4th) yang-seringkali-masih-ngambek untuk sama-sama baca doa beserta artinya. dimana doa-doa itu saya tempel di tembok sehingga mudah untuk terlihat. Nah inilah tembok ‘muhasabah’ saya:D 

   
    
   
  
Sederhana aja, ditulis tangan dan ditempel semampu kita ngga pake dihias-hias karena nanti bakal sibuk menghias ngga ditempel-tempel 😀 

Doa-doa saya ambil dari buku “Kumpulan Doa dari Al-Quran dan As-Sunnah Yang Shahih” terbitan Pustaka Imam Syafii. 
Sebenarnya di ruangan kami nih banyak tempelan doa harian beserta artinya, seperti di pintu lemari ditempel doa membuka dan mengenakan pakaian, di pintu kamar mandi doa masuk-keluar WC, di pintu keluar ditempel doa keluar rumah. Menghapal doa sambil melakukan biasanya akan lama bertahan di kepala. 

Si tembok muhasabah berfungsi, contohnya ketika zaffa mulai menangis dan meninggikan suaranya untuk menyampaikan argumentasinya, saya ulang berkali-kali di depannya dengan bersuara, doa “Allahumma ahsanta kholqii fa ahsani khuluuqi”, “Ya Allah sebagaimana Engkau telah menciptakanku dengan baik, maka perbaiki pula akhlakku.” Semoga Allah memberikanmu hidayah untuk berbicara yang baik kepada ibu. 

Atau doa “Allahumma mushorrifa quluub, shorrif quluubu banaa ‘alaa tho’atika”. “Ya Allah yang mengarahkan hati, arahkanlah hati-hati kami untuk taat kepadaMu.”
Ketika saya kelewat marah untuk sesuatu hal kecil, saya lafalkan di depan zaffa, dengan bersuara doa “Allahummagfirlii khothiiatii wa jahlii, wasrofii fii amrii wa maa anta a’lamu bihij minni”, “”Ya Allah ampunilah aku dari setiap kesalahanku, setiap kebodohanku, serta sikap berlebihan dalam urusanku dan atas segala sesuatu yang lebih engkau ketahui daripada diriku ini.” Dilanjutkan dengan “Maafin ibu ya zaf kalau tadi sikap ibu berlebihan marahnya” 

Hehehe terlihat ‘lebay’ ya tapi percaya deh, It works really works. Dengan kita yakin kalau Allah yang Maha membolak-balikkan hati, seolah-olah tuh kaya Allah yang turun tangan langsung menyelesaikan masalah kita berdua. Tau-tau hati kita berdua melunak, sama-sama minta maaf, dan bonusnya argumentasi ibu akhirnya diterima 😀

Jadi, apa senjatamu Ibu? 

Ngaji Yuk

Bismillahirrahmanirrahim.
Dulu, rasanya “hopeless” tinggal di kota yang banyak banget Mall-nya tapi pusat pendidikan dan kajian ilmiah-nya (kirain) ngga ada. Akhirnya ikutan kajian jauh-jauh sampai ke Jakarta.. Ternyata… Di Tangerang ini banyak banget Kajian Sunnah, cuma kami aja yang baru tahu… *kurang gaul* 

Saya yakin banyak teman yang sebenarnya di dalam hati ingin ikut Kajian Sunnah, tapi belum dapat info yang atau karena “ngga enak kalau ngga ada temen” atau ada juga yang khawatir “aliran” macem-macem 🙂 

Takut disana ngga punya temen? Insyaallah ketemu temen-temen baru, tanya-tanya aja panitianya, jamaah-nya nanti akan terbuka pertemanan-pertemanan baru 🙂 Takut aliran aneh-aneh? Hehe sering kali memang kita terlalu banyak kemakan gosip, kabar burung, isu atau apapun yang belum terbukti kebenarannya… *dulu juga saya gitu kebanyakan curiga padahal karena belum tau* Terus akibatnya kita curiga sana sini akhirnya ngga belajar-belajar, ngga maju2, anak2 semakin gede, terus nyesel umur bertambah tapi ilmu dan amal gini-gini aja… Hiks.

Teman-teman, kita memang wajib menuntut ilmu syari yang shahih. Jadi CARI-lah informasi yang benar. Jangan khawatir… Insyaallah Kajian ini shahih, sesuai dengan tuntunan quran dan hadis dan penafsiran yang shahih. Kajian-kajian ini ilmiah, mengajak kita berpikir, mengkaji, mencatat ilmu tidak mengajarkan fanatisme apapun. Ngga percaya? Hehe datang aja dulu, biar Allah Subhanahu wa ta’ala yang membimbingmu. Yakinlah kalau kita ikuti 1 aja pintu kebaikan, Allah bukakan pintu-pintu kebaikan lainnya. Bukankah jika kita datang dengan berjalan, Allah akan menyambut kita dengan berlari? :”) 

Nah berikut beberapa info kajian kitab rutin sekitar Tangerang. 

~Komplek Alia Islamic School Bonang

  
~Kampus Pramita Lippo Karawaci 

  

 ~Komplek Perumahan Islamic Village dan Vila Ilhami Karawaci

  • Rabu minggu ke 2 dan ke 4 : Pagi pukul 9.30-11.30 (Kajian Khusus Ummahat) Kitab Prinsip Dasar Islam (Ustad Hariyanto) Buku Prinsip Dasar Islam (Ustad Hariyanto) Tempat : Musholah Nurul Mutaqim, Jl. Zamzam 2 – belakang Indomart Islamic Village.
  • Kamis Ba’da Isya: Kitab Al Wajiz (Ustadz Mukhlis abu Dzar) Tempat : Masjid Baiturrahman, Jl Samsi Raya Blok A Kompl Villa Ilhami Islamic Village Karawaci Tangerang.
  • Jumat Pekan ke 2 dan 4 Ba’da Isya: Kitab Al-Kaba’ir Karya Imam Adz-Dzahabi bersama Ustadz Mukhlis abu Dzar. Tempat : Mushollah As-Sakinah, Jl Thin III Blok i.3, Komplek Islamic Village, Karawaci – Tangerang.
  • Jum’at pekan 3, Ustadz Haryanto Lc : Siroh Nabawiyah Tempat : Mushollah As-Sakinah, Jl Thin III Blok i.3, Komplek Islamic Village, Karawaci – Tangerang.
  • Minggu 19:30 WIB – Selesai (Ba’da Isya ) Ustadz Haryanto Pembahasan KITAB TAUHID, Pemurnian Ibadah Kepada Allah. Tempat : Mushalla Adz-Dzaikiriin, Jl.Falaqi 1 Blok C. Kompl .Villa Ilhami Islamic Village Karawaci Tangerang.

~ Setiap Sabtu dan Minggu Pagi (pukul 9.00-12.30) di MT Asysyakirin Perum Alam Indah Cipondoh Tangerang atau Mesjid Quba Taman Royal 2 Tangerang.
*setiap hari minggu kajian dengan kitab yang berbeda. Yang sedang berjalan : Kitab Aqidah Wasithiyah bersama ustad Riyadh Bajrie, Kitab Al Wajiz, Kitab Tauhid bersama Ustad Hamzah, Kitab Tafsir Ibnu Katsir bersama Ustad Ade)

Lebih lengkapnya untuk tempat-tempat lain di Tangerang bisa cek jadwal kajian di instagramnya @infokajiantangerang. Dan untuk kota-kota lain di Jabodetabek bisa cek-cek di Page FB dan Instagram @KajianYuk

Kajian rutin kitab diatas sih ngga ada di youtube. Tapi kalau teman-teman mau dengar kajian di youtube, bisa denger di Channel YufidTV, RodjaTV, Salwa TV, Wesal TV.

Semoga di sela waktu teman-teman berkegiatan, Allah Subhanahu wa ta’ala berikan kelapangan waktu dan ringankan langkah kita dalam menuntut ilmu syar’i. 

Barakallah fikum.  

Ngobrolin Syetan

Suatu pagi sehabis bahas tafsir surah An-Nas: 
I :”…Dan dari kejahatan bisikan syetan yang bersembunyi.”

Z : “haaah dari bisikin syetan yang ngumpet? maksudnya apa bu? Ngumpet dimana dia?”

I : “Ngumpet di dalam hati kita. Bisik-bisikin hal-hal jelek dan jahat ke kita.”

Z :”ih zaffa takut sama setan, sereeeem mukanya nih hiiiy” —> kayanya denger pas lg kumpul-kumpul keluarga 😅

I : “hihihi tau darimana serem? Emang pernah lihat?” 

Z :”ngga pernah”

I : “yaudah ngga perlu takut. Kalau zaffa baca “‘audzubillahi minasyaithoonirrojim..” Itu syetannya langsung mengecil jadi sebesar lalat. Kecil banget kan? 

Z : “ih iya kecil banget. Itu mah zaffa ga takut.”

I : “iya. Apalagi kalau baca ayat kursi, al ikhlas, al falaq, an-nas, rajin zikir pagi petang… terus zaffa dalam hati takutnya cuma sama Allah, cuma menyembah Allah saja, itu syetannya lari semua.”

Z : (senyum-senyum) “ibu, zaffa berani kok sama syetan.”

I : “nah itu baru…keren!” Tapi harus hati-hati juga sama syetan yang selalu bisikin kita berbuat jelek, misalnya nih ibu suruh beresin mainan, syetannya bisikin ‘jangan beresin, jangan beresin zaffa’ nah itu berarti zaffa mau temenan sama syetan. Yang jelas Allah ciptakan manusia lebih sempurna dari syetan, jadi kita harus menang lawan mereka. Perang lawan syetan di dalam hati. Oke?”

Z : “iyaaa! Ciaaat ciaaat ciaat syetan kau adalah kalah!” (langsung koprol jumpalitan) 😪
Keliatannya obrolannya berat untuk anak usia 3th9bln, tapi sebenarnya ngga. Materinya ini-ini aja sebenarnya sering diulang-ulang karena memang di awal kurikulum sepakat untuk lebih fokus ke tafsir surah (hapalan sebenarnya otomatis aja kalau sering diulang). 
Buat saya yang masih tertatih-tatih, terbata-bata buat ngajarin ilmu syari ke anak-anak, punya Kitab Tafsir Quran adalah kewajiban. Ngga mau kan salah-salah ngomong mengartikan ayat demi ayat Al-Quran… Pertanggung Jawabannya sama Allah soalnya. Ngeri. Jadi yah walaupun dibaca selembar demi selembar, yang penting ada referensinya. Saya pakai Tafsir Ibnu Katsir. Iya, zaffa ngga selalu belajar dengan buku untuk usianya karena jarang menemukan buku anak yang bisa ngejelasin aqidah dengan detail. Sering kali dibacakan buku-buku kami, dengan gaya bercerita dengan mimik, intonasi dan gerakan yang membuat materi menarik. 
Atuh yaa.. baca Tafsir juga masih suka kurang pahamnya… biar lebih afdol dengerin juga kajian para ustad biar bisa nyontek cara penyampaiannya. Ga sempet ke kajian? Ada di youtube buibu dengerin sambil nyetrika, sambil masak atau sambil ngepel 😀 Sekali-kali selingi dari liat video soal ‘DIY’ sama ‘How to cook..’ *padahal saya juga gitu* Nah soal syetan yang jadi sebesar lalat itu ada di kajian “Kitab Minhajul Muslim : Konsep hidup ideal seorang muslim oleh Ustad Khalid Basalamah”.
Kebayang aja kalau belum sempat baca-baca, pucet deh ditanya syetan sama anak kecil 😅 Hayuk lah, iqro iqro iqro, bacalah bacalah bacalah buibu… 

Pemuda Kecil VS Realita

  Masuk usia masa pertanyaan “Kenapa?” Akan jadi banyak pe-er bagi saya untuk menjelaskan tentang realita terutama ketika tindakan seseorang bertentangan dengan nilai yang diajarkan di rumah. 

Seringkali pemuda kecil, mengobservasi-nya sendiri. Seperti: 
Di Mesjid

Z: “Ibu itu kenapa anak-anak besar boleh lari-lari di mesjid kalau zaffa ngga boleh?” 

I: “hmm mungkin dia belum dikasih tau sama ibunya, zaffa kan sudah tau adab di mesjid kan? Apa?

Z : “ngga lari-lari, kalau solat solat juga terus..kalau mau ketawa dalam hati” 😀
Lihat sticker “Dilarang Merokok”

Z : “Ibu, itu ada gambar ngga boleh merokok yah? Tapi itu kok ada yg merokok sih?”

I : “hmm mungkin si bapaknya belum lihat tulisannya atau belum tau kalau merokok itu bisa bikin sakit” (padahal yah ngga mungkin aja..) zaffa tegur yah kalau ad yang merokok dekat zaffa kalau tetap merokok, zaffa pergi aja dari situ. Asapnya bisa bikin sakit dst dst..” (Panjang penjelasannya setiap hari dijelaskan, terlebih sanak saudara banyak yang perokok walaupun kami tetap menghormati dan menyayangi mereka.. Paling tidak ibunya berusaha..)
Lihat pengemis di jalan

Z : “itu pengemis kenapa ngga dikasih uang?”

I : “Seorang muslim dilarang untuk mengemis zaf, Allah ngga suka. Kalau mau infak ke mesjid/panti asuhan aja disana banyak yang butuh uang juga”
Dan pertanyaan-pertanyaan seperti:

“Kenapa anak lain boleh main timezone?”

“Kenapa anak lain boleh minum teh botol?” 

“Kenapa kenapa kenapa..” yang lain. Hehehe
Biasanya saya jawab dengan jawaban-jawaban logis atau ilmiah ala-ala bahasa buku atau iklan pelayanan masyarakat. And surprisingly, saya menikmati menjawab pertanyaan-pertanyaannya, terkadang kalau udah ngga ketemu jawabannya diakhiri dengan kalimatnya : “ibu makanya buka lagi al-qurannya yah” hehehe.
Sungguh deh cuma segitu kemampuan menjawab saya… Ingin mengajarkan supaya ngga gampang menjudge orang, tapi malah kadang haknya yang terdzolimi. Seperti perokok, ditegur anak-anak malah anak-anaknya yang disuruh menjauh…well siapa yang kekanak-kanakan sebenarnya? (Kami benci kebiasaan buruknya, bukan orangnya. Didoakan semoga segera mendapat hidayah…)

Terkadang kita ngga bisa menghindar dari situasi-situasi tersebut. Ngga mungkin ngga jalan-jalan keluar, ngga mungkin ngga berinteraksi sama orang lain. Dunia memang keras, anak muda!

Untukmu pemuda kecil, tidak mengapa untuk jadi berbeda dengan kawan-kawanmu. 

Keep your faith, pilihlah jalan yang Allah Subhanahuwata’ala ridhoi. Tanyalah hatimu setiap akan melangkah “kira-kira Allah ridho ngga jika saya melakukan ini?”

Berikanlah nasihat dengan cara yang baik. 

Berjalanlah…Berlarilah…Teguhlah di jalurmu. Jalur yang Allah ridhoi. 

Biarlah Allah yang menjagamu.. Allah lah sebaik-baik penjaga…

How i memorised the Qur’an in 4 months.

A reminder

Fadhil Azman's

Alhamdulillah, I thank Allah for the blessings He constantly gives. I asked Allah to always ease my affairs in revising the Qur’an & give me the means to share with and inspire others(?)

I’d like to make it clear that I have memorised around 9 juzu’ in all the years in my primary school, secondary & pre-uni. So it was kind of memorising 20 plus new juzu’ and revising back the other 9 during these 4 months. I am also not having any commitments other than birrul walidain(doing good to parents) hehe. But by Allah, those who have the intention and desire to memorise the Qur’an for Allah, He will make it easy for you insyaAllah. This is, from my experience.

Below are my tips ;

1- Purify your intentions. 

This is the utmost important point that one should always be mindful of, do it sincerely for the sake of Allah. Hoping for His mercy, obtaining His pleasure &…

View original post 1,694 more words

WALK BEFORE TALK

Sebenarnya ini postingan lama di status facebook saya 🙂 ketika masa-masa awal ajak si pemuda kecil latihan rutin ke mesjid. Saya belajar lagi satu hal baru lagi. Komunikasi efektif dengan zaffa (waktu itu 2th 8bln).

Waktu awal-awal diajak ke mesjid sama ayah.
Ibu: “zaffa di mesjid jadi anak baik ya, ngga boleh lari-lari kan anak soleh” (ngomong sambil memperhatikan pemuda kecil mengenakan sendalnya) —> ngga nyambung banget kan? Ga ada hubungan antara anak soleh dan lari-lari. Saya bicara sambil lalu. 
Z : ngangguk2 terus lari nyusul ayah. —> anaknya juga nangkep sambil lalu.
Sepulang dari mesjid, ayah laporan.
A: “zaffa lari-larian di mesjid, hampir-hampir ke imam” 
I : “ih zaffa ko gitu sih? kan udah dikasih tau tadi”

Z : (bengong) —> anaknya ngga paham “emang kenapa tadi?”

Beberapa waktu kemudian, saya menyadari sepertinya cara komunikasinya kurang tepat. Kurang spesifik. Anaknya balita, dikasih pemahaman abstrak. Jadi saya coba lagi.
I : (berjongkok mensejajarkan mata, kami tatap-tatapan 😀 intonasi serius, lafal jelas) “zaffa anak soleh, ibu minta tolong ya nanti di mesjid kalau ayah Allahuakbar zaffa juga Allahuakbar, kalau ayah duduk zaffa juga duduk”
Z : ngangguk2.
I : “Kalau zaffa lari-lari, nanti sholat isya zaffa di rumah aja ya. Deal?” (Ibu ngajak salaman)—> gentleman agreement:D
Z : “deal!” (Salaman)
Sepulang dari mesjid…

A : “tadi zaffa pinter deh ikut sholat dari awal sampe akhir, ngga lari-lari sama sekali”

I : “waaa iya fa? Ibu bangga, makasih yah udah ikut sholat sampai selesai. Barakallahu fiik”
Z : (tiba-tiba meluk ibu malu-malu) “iya” :D—> duilee romantis 😀
Sudah dipraktekkan prinsip “Walk before Talk” alias “samperin dulu anaknya baru kita bicara” and It works! Berlaku juga untuk kondisi2 lainnya. Seperti nonton tv: samperin anaknya, tanya nonton apa, terus bilang “zaffa ini bukan tontonan anak muslim”, atau “maaf ya zaffa sudah nonton terlalu lama” baru matiin tv-nya. (Berlanjut sih dengan pertanyaan :”kalau upin? Dodo? (Syamil dodo)

Dengan kalimat yang spesifik, ucapan yang jelas dan perlahan, dan mensejajarkan pandangan, anak jadi tahu kalau ibunya serius. Dibandingkan kita teriak2 “ngga boleh ini itu” yang akhirnya anaknya ngga nyambung.


Ini cerita zaffa bagaimana ceritamu?:)

AMPUNI AKU, IBU…

ihei

ibu 1

Oleh : Jamil Azzaini

Bismillahir-Rahmaanir-Rahiim…‎

Pada akhir tahun 2003, istri saya yg tengah hamil, sudah11 malam tidak bisa tidur. Saya sudah berusaha membantu agar istri saya bisa tidur, dg membelai, mengusap2, tapi masih susah tidur juga. Betapa tersiksanya dia. Sungguh cobaan yg sangat berat. Akhirnya saya membawa istri saya ke RS Citra Insani yg kebetulan dekat dg rumah saya.
Setelah 3 hari diperiksa namun dokter tidak menemukan penyakit istri saya.

Kemudian saya pindahkan istri saya ke RS Azra, Bogor.
Selama berada di RS Azra, badan istri saya  panas dan selalu kehausan. Setelah dirawat 3 bulan di RS Azra, penyakit istri saya belum juga terdeteksi.‎

Akhirnya saya putuskan untuk pindah ke RS Harapan Kits di Jakarta dan langsung di rawat di ruang ICU. Biaya per malam berada di ruang ICU pada waktu itu Rp 2,5 juta.

‎Dengan ditutupi kain, badan istri saya yg tak dikenakan pakaian, penuh dg kabel dan…

View original post 1,424 more words

Home Education Untuk Si Pemuda Kecil

Menginjak 3 tahun usia si pemuda kecil. Semakin bertambah kemahirannya, semakin pula kami menyadari waktu yang kami miliki untuk mendampinginya secara “utuh” semakin terbatas. Kami berdoa ketika tiba saatnya nanti kami melepasnya untuk menjalankan misi sebagai khalifah, semoga dia siap.

Kami melalui proses pembelajaran dan introspeksi diri sebagai orang tua untuk akhirnya menyadari bahwa masa “Tufulah” (usia 0-7) adalah masa yang paling penting. Menjadi pondasi karakter di masa hidupnya mendatang. Masa yang kami sadari, begitu banyak nilai yang bisa diajarkan. Jika melihat ke belakang, rasanya banyak sekali waktu yang terbuang percuma hanya karena ke(sok)sibukan kami untuk berpikir, berdiskusi dan memahami lebih jauh pola pengasuhan si pemuda kecil. Jadi inilah kami, mencoba merumuskan kurikulum sederhana untuk pemuda kecil kami, dengan segala keterbatasan ilmu dan pengalaman yang kami miliki, semoga menambah nilai ikhtiar kami di hadapan-Nya kelak.

Kurikulum ini sebenarnya lanjutan dari kurikulum si pemuda kecil usia 2.5 tahun, usia si pemuda kecil ketika kami memutuskan serius ke home education usia dini. Kurikulum ini adalah “tool” bagi kami agar dapat fokus pada hal yang benar-benar penting, yang mendekatkan langkah kami pada tujuan. Selain itu sebagai alat pengontrol serta alat komunikasi kami sebagai orang tua. Tentu saja kurikulum ini tidak kaku dan tidak baku, akan berubah seiring dengan pembelajaran dan pengalaman kami. Kami share beberapa poin kurikulum si pemuda kecil. Saya share kurikulum ini karena saya percaya, “It takes a village to raise a kid”. Butuh support, inspirasi, ilmu, pengalaman dan saling mengingatkan dari ibu-ibu lain yang memiliki visi yang sama untuk membesarkan seorang anak.

Disclaimer : Kurikulum ini tentu saja ‘customized’ sesuai dengan kemampuan dan kondisi keluarga kami. Kami yakin banyak sekali ortu yang lebih berpengalaman dan berilmu daripada kami. Kami yakin sekali setiap keluarga memiliki tujuan serta “tools”nya masing-masing sehingga kurikulum ini bisa saja tidak cocok diterapkan di keluarga lain. Jadi…dilarang men-judge ya 😀 Satu lagi, kami pun tidak anti calistung dan teknologi, namun kami mengajarkan dengan cara kami.

Kurikulum Zaffa

Kurikulum kami susun berdasarkan tujuan kami dan kebutuhan setiap tahap perkembangan anak. Misalnya, untuk pendidikan agama kami ingin kuatkan di tauhid dan dasar-dasar islam seperti apa itu islam, kenapa harus islam, bagaimana seorang muslim itu. Untuk ritual gerakan solat dan doa misalnya, kami tidak mengharuskannya menghapal. Kami memilih membacakan tafsirnya sambil menghapal. Membuat menghapal jadi lama, buat kami tak mengapa. Bukan hasil yang utama karena kami pun sambil belajar bersama 🙂

IMG_4557

IMG_4556

IMG_4554

IMG_4555

Keliatannya serius banget ya kurikulumnya? 🙂 yuk kita lihat implementasinya.

Implementasi
It’s easier said than done. Betul sekali. Mood si pemuda kecil yang terkadang naik turun, ke”mati-gaya”an ibu dalam membuat aktivitas belajar dan keterbatasan waktu ayah menjadi tantangan tersendiri. Kami pun orang tua baru yang harus banyak menata diri dan emosi. Menyemangati diri sendiri itu harus. Percaya atau tidak, membuat kegiatan bermain bersama si pemuda kecil menjadi “moving meditation” buat saya 🙂 Merencanakan kegiatan, membuat aktivitas, bermain bersama membuat otak saya tetap berputar, raga saya tetap berdaya dan jiwa saya tetap berkreativitas. Berikut beberapa kegiatan dari kurikulum yang kami implementasikan:

IMG_4538
Kami bermain hujan sambil menghapal doa turun hujan

IMG_4544
Merangkai “busa” dan “tusuk gigi” untuk belajar rancang bangun sederhana

IMG_4438-0
Kami belajar rukun iman sambil bermain “treasure hunt”

IMG_4256
Kami belajar “walter filter” sambil belajar tentang air untuk bersuci

IMG_3553
Kami belajar silsilah Rosulullah SAW dengan membuat pohon silsilah

IMG_3933
Membuat penyu dari bekas tempat telur untuk mempelajari daur hidup penyu dan migrasi penyu

IMG_4015-0
Beberapa kegiatan outdoor kami

IMG_3579
Belajar tentang aurat laki-laki dan latihan motorik halus dengan mengancing

IMG_2764-0
Kami belajar tentang organ tubuh manusia dengan membuat “x-ray”

IMG_3750
Belajar “tata kota” dengan membuat city map sederhana

IMG_4175
Kami memasak untuk belajar matematika ketika menggunakan timbangan, menambah kemampuan berbahasa dengan kosakata baru dan mempelajari urutan proses.

IMG_2477
Kami belajar tentang Kisah Ashabul Kahfi di hari jumat. Ceritanya kapas-kapas itu adalah jenggot mereka yang sudah panjang karena tertidur ratusan tahun:)

IMG_1853
Atau kami berkisah tentang kemuliaan sahabat Abu Bakar r.a ketika peristiwa hijrah Rosulullah SAW.

IMG_1854
Kami belajar biologi tentang rantai makanan di laut dengan membuat mainan sederhana

IMG_1970
Dan belajar tentang organ tubuh dengan membuat rompi sistem pencernaan.

IMG_4558
Kami kunjungan ke museum atau melihat binatang

Dan kegiatan-kegiatan lainnya yang belum sempat didokumentasikan. Saya bukan orang yang kreatif, namun saya mencoba sesuai kemampuan saya untuk menyiapkan kegiatan untuk si pemuda kecil. Buku juga sangat membantu kami dalam belajar, banyak inspirasi aktivitas datang dari buku cerita zaffa. Sering kali kami juga menonton video tentang alam dari Harun Yahya, atau film anak muslim “Syamil Dodo”. Saya memberi waktu untuk “screen time” maksimal 1jam per hari, dibagi 2-3 sesi. Namun sering kali si pemuda kecil juga tidak menggunakan jatah nontonnya karena sibuk berkegiatan.

Peran Orang Tua
Dalam proses perencanaan kurikulum ini, kami mencoba profesional dan memiliki “SOP” 🙂 Saya sebagai “Guru” mengajukan ‘draft’ kurikulum kepada Suami sebagai “Kepala Sekolah” (terkadang si murid kecil ikut berkomentar juga) Kami kemudian berdiskusi, merevisi, menambah maupun mengeliminasi poin-poin yang dirasa kurang penting. Evaluasi diadakan harian, mingguan dan bulanan. Untuk mengevaluasi apakah si pemuda kecil cukup paham akan materinya, apakah saya sebagai ibu terlalu berkutat dengan pekerjaan domestik ataukah ayah yang terlalu sibuk dengan kegiatannya sehingga tidak sempat berkomunikasi.

Untuk mempermudah kami dalam berkomunikasi sehari-hari, kami juga menggunakan agenda ini “Daily Routines”. Hal-hal yang tidak sempat diceritakan akan ditulis disini. Misalnya hari ini kegiatan ibu apa, bagaimana bermainnya, kegiatan ayah apa saja, pasiennya bagaimana misalnya yang nantinya bisa jadi bahan belajar si pemuda kecil. Catatan ini juga menjadi semacam buku penghubung kami.

IMG_4527
Daily notes saya contek dari blog-nya mba Deasi (messyhomestad.wordpress.com) thank you mba!

“Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya, (yaitu) KESEHATAN dan WAKTU LUANG”. [HR Bukhari, no. 5933]

Menyadari bahwa godaan untuk bermalas-malasan sungguh besar, maka saya pun membuat jadwal untuk diri saya sendiri. Mencoba mendisiplinkan diri memberi waktu maksimal mengerjakan suatu pekerjaan serta untuk memaksimalkan prioritas untuk beribadah, mendidik anak dan meng-upgrade ilmu. Misalnya saya memberi waktu maksimal untuk pekerjaan domestik seperti menyetrika 1jam, memasak dan membersihkan dapur 1,5 jam. Memang itu semua berpahala, tapi karena pekerjaan domestik tidak akan ada habisnya, jangan sampai waktu kita habis untuk berjibaku ke pekerjaan domestik.

Tulisan ini hanya sharing, bukan untuk kasih tips karena saya pun butuh banyak tips dan kiat sukses. Saya share karena saya berharap home education di rumah dapat menjadi program pendidikan yang kuat yang dapat menjadi penyelamat anak-anak kita di masa depan dan masa akhiratnya. Karena bagaimana pun kebijakan pendidikan di negara kita, pendidikan anak tetaplah tanggung jawab kita. Biarlah Allah SWT yang menilai ikhtiar kita. Semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan, kekuatan dan hidayah untuk dapat membimbing anak-anak kita di jalan Islam. Amiiin, Wallahu ‘Alam Bisshowab.

Salam,
Indah Adhyasari

Katanya “Let it Flow” ?

Sering kali temen-temen tanya ke saya, “baca buku parenting apa?” Heran juga kalau ditanya gini karena kami pun masih banyaaak sekali harus belajar. Hmmm kebetulan saya dan suami lumayan selektif memilih bacaan karena banyak juga yang tidak sesuai dengan nilai yang kami anut. Menurut saya ilmu’parenting’ harusnya mencerahkan, menguatkan dan mendorong kepada ke perubahan yang baik, bukan malah membuat rasa bersalah, panik atau lebih ‘lebay’-nya bikin merasa jadi orang tua gagal yang akhirnya bikin kita nih para ortu muda malah jadi ‘overwhelmed’ sama semua informasi yang kita dapat.

Jaman jahiliyah dulu sih, waktu-masih-hobi-bilang-‘let it flow’-dan-masih-males-belajar-tapi-sok-tau, info seputar ‘parenting’ berserakan di kepala tanpa tahu mana yang fundamental bagi keluarga. Baca yang ini panik karena ternyata udah kelewat moment-nya, baca yang itu parno karena takut nanti ngga bisa dilakuin. Semuanya karena dulu kami nih sebagai ortu belum ngobrol detail, ngobrol untuk merumuskan nilai keluarga, menentukan tujuan, belum punya ‘grand design’ keluarga, belum merumuskan strategi untuk masa depan. Dengan santainya bilang “yah let it flow aja lah..”

Terus mau “flow” ikut siapa? ikutin semua cara ortu kita terdahulu? Loh padahal Ali bin Abi Thalib RA bilang kan “Didiklah anakmu sesuai zamannya” kan? Tapi terus lihat anak-anak zaman sekarang ngeri. Terus ngedidik zaman sekarang itu gimana? Bingung ya? Sama, saya juga sih 😀

Mari kita sama-sama menentukan tujuan utama kita. Background pendidikan saya dan suami bukan psikologi jadi teori-teori terkait psikologi saya kurang paham. Tapi dari hasil introspeksi diri saya dan suami, panduan mendidik anak (dan panduan untuk semua segi kehidupan pastinya :)) yang kekal dan ‘masuk akal’ untuk zaman yang ngga masuk akal kaya sekarang ini adalah Al-Quran dan Al-Hadits. Ilmu agama saya masih jauuuuuuuuuhhhh dari baik, tapi kewajiban kita kan sebagai muslim untuk terus memperbaiki diri kan, sejauh apapun kita sudah salah jalan, putar arah. Kata Ustadzah Yasmin Mogahed nih, merasa sudah terlalu jauh dari islam dan merasa udah terlambat untuk kembali, itu adalah salah satu tipu daya syetan. Begini kalimat beliau:

“Beware. Shaytan comes at us in different ways depending on our state. When we are at a spiritual low, shaytan comes at us through despair. He tries to make us believe that we are so far and so low, that we should just give up. When we commit a sin, he convinces us that there’s no point in praying or going to the masjid, because we’d be like ‘hypocrites’ if we did. He makes you believe that ‘religious people’ are just all judgemental, so it’s better to stick with your bad company since at least they don’t judge you. When you couldn’t be the perfect muslimah, he convinces you that you might as well just take off your hijab— as if hijab is only for perfect people. As if every hijabi has to first transform into an angel before putting it on. He tells you to give up the fight, because you’re too far away or too low to come back to Allah.”

Nah kembali ke Al-Quran, di Al-Quran ada kan tuh caranya menjelaskan tentang hal-hal ‘ajaib’ yang bakal ditanyain anak. Contohnya anak nanya “dulu aku diciptakan dari apa bu?” Jeng jeng! Gelagapan, muka kita bersemu merah? Ada jawabannya di surah At-Thariq 5-7 dilanjutin ke surat Al-Alaq: 2, Bahasanya pun sempurna (ya iyalah ya:)), ngga bikin kita mengarang bebas. Bagusnya lagi buka kitab tafsir biar ngga salah ngejelasinnya. Ada juga tuh Al-Quran yang sudah ada per-temanya, jadi tinggal cari di index surat terkaitnya apa aja.

Selain dua panduan wajib diatas, ngga ada salahnya baca-baca buku ‘parenting’ populer dong yah karena bagi saya yang ilmunya terbatas ini, buku-buku itu membantu saya ‘menterjemahkan’ tujuan keluarga dalam Al-Quran. Berikut buku-buku yang saya baca berulang kali dari masa kehamilan, menyusui sampai sekarang. Buku-buku yang saya buka ketika zaman asi seret, ketika mengatasi kepanikan anak sakit, dan ketika galau malam-malam lihat media sosial yang isinya berita bullying anak, pelecehan seksual dan lain-lain. Saran saya sih pilih dengan seksama penulis, penerbit dan isinya karena pepatah bilang “mata pena lebih tajam daripada mata pedang” *tsaaah* Yang pertama cek latar belakang penulis, pendidikannya, pernah jadi pembicara dimana aja, apa isi ceramah/materi pembicaranya. Penerbit, cek penerbit mana yang menerbitkan buku-buku terpercaya. Beberapa penerbit favorit kami nih : ProU Media, Pustaka Imam Syafii, Pustaka Al-Kautsar, Pustaka Ibnu Katsir, Pustaka at-Tazkia. Insyaallah terpercaya. Kemudian isinya, lihat rujukannya Al-Quran/Hadits shahih ngga, bahasanya baik ngga, lihat daftar referensi-nya jika ada literatur asing/lokal, ‘googling’ juga literaturnya. Oh iya baca literatur parenting luar negeri boleh banget kok, asal kita berpengang teguh pada nilai fitrah kita sebagai muslim dan kalau ada waktu ikut duduk kajian/seminar islamic parenting, biar makin terang ilmunya 🙂

Perpaduan mencari ilmu berlandaskan Al-Quran dan Hadits ditambah berguru pada sumber yang tepat, Insyaallah membuat kita punya nilai pendidikan yang kuat. Membuat arah keluarga kita jelas. Membuat kita tidak terombang-ambing zaman. Membuat kita sebagai ortu berkurang ketakutan karena yakin ada Allah SWT yang menjaga. Karena sudah seharusnya ‘parenting’ itu menguatkan, mencerahkan dan menyemangati. Semoga apa yang sudah kita ikhtiar-kan sudah maksimal, jadi ladang pahala kita, jadi jawaban kita di akhirat nanti. Hasilnya serahkan pada Allah Sang Maha Pengatur 🙂

IMG_3729